Senin, 16 Januari 2012


TEORI INTERAKSI SIMBOLIK DAN SIMBOLIK ORGANISASI

a. Sejarah dan Tokoh
Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Harbert Mead (1863-1931)[1]. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal (seperti body language, gerak fisik, baju, status, dll) dan pesan verbal (seperti kata-kata, suara, dll) yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting (a significant symbol).
Menurut Fitraza (2008), Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, dimana dua atau lebih individu berpotensi mengeluarkan simbol yang bermakna. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.
Banyak ilmuwan yang menggunakan pendekatan teori interaksi simbolik dimana teori ini memberikan pendekatan yang relatif khusus pada ilmu dari kehidupan kelompok manusia dan tingkah laku manusia, dan banyak memberikan kontribusi intelektual, diantaranya John Dewey, Robert E. Park, William James, Charles Horton Cooley, Ernest Burgess, James Mark Baldwin (Rogers. 1994: 168).
Generasi setelah Mead merupakan awal perkembangan interaksi simbolik, dimana pada saat itu dasar pemikiran Mead terpecah menjadi dua Mahzab  (School), dimana kedua mahzab tersebut berbeda dalam hal metodologi,  yaitu (1) Mahzab Chicago (Chicago School) yang dipelopori oleh Herbert  Blumer, dan (2) Mahzab Iowa (Iowa School) yang dipelopori oleh Manfred  Kuhn dan Kimball Young (Rogers. 1994: 171).

b. Penjelasan Teori Interaksi Simbolik
Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu. Sampai akhirnya teori interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini,  dimana secara tidak langsung SI merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional (Ardianto. 2007: 40).
Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
2. Pentingnya konsep mengenai diri,
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.

Barbara Ballis Ball menyimpulkannya sebagai berikut[2]
1)      Orang membuat keputusan dan bertindak dlm persetujuan dgn “pemahaman subyektif” mereka atas situasi yg mereka alami/temukan’.
2)      Kehidupan sosial terbentuk dari proses interaksi dalam struktur dan proses tersebut senantiasa mengalami perubahan.
3)      Orang memahami pengalaman mereka melalui makna yg mereka temukan dlm simbol-simbol group utama mereka dan bahasa merupakan unsur yang esensial dalam kehidupan.
4)      Dunia menciptakan obyek-obyek sosial yang diberi nama dan secara sosial menentukan makna.
5)      Tindakan-tindakan orang didasarkan atas interpretasi mereka atas obyek yang relevan dan tindakan dalam situasi itu dipahami dan didefinisikan.
6)      Seseorang (self) adalah obyek yang significant dan sebagaimana semua abyek sosial,  maka didifiniskan melalui interaksi sosial  dengan pihak lain.

3. Implikasi Dalam Ilmu/Teori Dan Metodologi
Implikasi dari teori interaksi simbolik dapat dijelaskan dari beberapa teori atau ilmu dan metodologi berikut ini, antara lain: Teori sosiologikal modern (Modern Sociological Theory) menurut Francis Abraham (1982) dalam Soeprapto (2007), dimana teori ini menjabarkan interaksi simbolik sebagai perspektif yang bersifat sosial-psikologis.
Beberapa implikasi dari Interaksi Simbolik diantaranya :
a)      Perspektif Interaksional (Interactionist perspective), mempelajari interaksi sosial yang ada perlu digunakan pendekatan tertentu,  mempelajari lebih jauh dari interaksi sosial masyarakat, dan mengacu dari penggunaan simbol-simbol yang pada akhirnya akan dimaknai secara kesepakan bersama oleh masyarakat dalam interaksi sosial mereka.
b)      Konsep definisi situasi (the definition of the situation) merupakan implikasi dari konsep interaksi simbolik mengenai interaksi sosial yang dikemukakan oleh William Isac Thomas (1968) dalam Hendariningrum (2009).
c)      Konstruksi sosial (Social construction) merupakan implikasi berikutnya dari interaksi simbolik yang merupakan buah karya Alfred Schutz, Peter Berger, dan Thomas Luckmann, dimana konstruksi sosial melihat individu yang melakukan proses komunikasi untuk menafsirkan peristiwa dan membagi penafsiran-penafsiran tersebut dengan orang lain, dan realitas dibangun secara sosial melalui komunikasi (LittleJohn. 2005: 308).
d)      Teori peran (Role Theory) merupakan implikasi selanjutnya dari  interaksi simbolik menurut pandangan Mead (West-Turner 2008: 105). dimana, salah satu aktivitas paling penting yang dilakukan manusia setelah proses pemikiran (thought) adalah pengambilan peran (role taking). Teori peran menekankan pada kemampuan individu secara simbolik
e)      Teori diri (Self theory) dalam sudut pandang konsep diri, merupakan bentuk kepedulian dari Ron HarrÄ›, dimana diri dikonstruksikan oleh sebuah teori pribadi (diri). Artinya, individu dalam belajar untuk memahami diri dengan menggunakan sebuah teori yang mendefinisikannya, sehingga pemikiran seseorang tentang diri sebagai person merupakan sebuah konsep yang diturunkan dari gagasan-gagasan tentang personhood yang diungkapkan melalui proses komunikasi (LittleJohn. 2005: 311).
f)       Teori dramatisme (Dramatism theory) merupakan implikasi yang terakhir yang akan dipaparkan oleh penulis, dimana teori dramatisme ini merupakan teori komunikasi yang dipengaruhi oleh interaksi simbolik, dan tokoh yang menggemukakan teori ini adalah Kenneth Burke (1968).

d. Kritik Terhadap Teori Interaksi Simbolik                                              

Kritik terhadap teori interaksi simbolik ada beberapa hal, diantaranya :
a)      Interaksi simbolik memiliki banyak implikasi-implikasi, sehingga teori ini paling sulit untuk disimpulkan.
b)      Interaksi simbolik tidak dianggap cukup heuristik (pemaparan melalui proses pertanyaan-pertanyaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis), sehingga memunculkan sedikit hipotesis yang bisa diuji dan pemahaman yang minim.
c)      Para peneliti interaksi simbolik dianggap kurang terlibat dalam suatu proses penelitian, sehingga dalam menjelaskan konsep-konsep kunci dari observasi, dimana pada akhirnya akan menyulitkan si-peneliti dalam melakukan revisi dan elaborasi.
d)      Interaksi simbolik dalam proses penelitian dianggap meremehkan ataupun mengabaikan variabel-variabel penjelas yang sebenarnya cukup penting, seperti emosi individu yang diteliti. Intraksi simbolik berhubungan dengan organisasi sosial kemasyarakatan, dimana organisasi sosial atau struktur menghilangkan prerogatif  individu.
e)      Interaksi simbolik bukanlah suatu teori yang utuh karena memiliki banyak versi, dimana konsep-konsep yang ada, tidak digunakan secara konsisten. Dan pada akhirnya berdampak pada konsep-konsep seperti I,  Me, Self, Role, dan lain sebagainya menjadi bias dan kabur (tidak jelas).

d. Kesimpulan

Ciri khas dari teori interaksi simbolik terletak pada penekanan manusia dalam proses saling menterjemahkan, dan saling mendefinisikan tindakannya, tidak dibuat secara langsung antara stimulus-response, tetapi didasari pada pemahaman makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain melalui penggunaan simbol-simbol, interpretasi, dan pada akhirnya tiap individu tersebut akan berusaha saling memahami maksud dan tindakan masing-masing, untuk mencapai kesepakatan bersama.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar