BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penyusunan
makalah ini didasari dari tuntutan perkuliahan atas pengenalan ilmu Filsafat.
Sebagaimana diketahui bahwa filsafat merupakan akar dari kelahiran berbagai
ilmu Pengetahuan. Sebagai basik pembelajaran Filsafat Ilmu, diperlukan
pemahaman tentang ilmu sebagai bagian yang terjalin dengan filsafat.
Ilmu
sebagai bagian dari pemampatan pengetahuan rasional merupakan serangkaian
aktivitas yang memiliki karakter tersendiri hingga dapat dibedakan dari
berbagai aktivitas biasa nonkeilmuan. Adanya kompleksitas tersebut mendorong
disusunnya pengklarifikasian yang bisa difasilitasi melalui karya tulis
makalah. Prinsip dasar ilmu yang telah dipaparkan ahli-ahli merupakan bekal
yang dapat mengkonfirmasi esensi ilmu sebagai serangkaian aktivitas penelitian.
B.
PEMBATASANMASALAH
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada:
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada:
1. Esensi
Ilmu
2. Ilmu
sebagai rangkaian aktivitas yang berkarakter
3. Ilmuwan
dan masyarakat ilmiah
4. Pendapat
para ahli tentang tujuan ilmu
C.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah
ilmu itu?
2. Siapa
sajakah yang dapat disebut sebagai ilmuwan dan masyarakat ilmiah?
3. Apakah
yang dimaksud dengan ilmu sebagai rangkaian aktivitas penelitian? Karakter apa
saja yang menyertai rangkaian aktivitas tersebut?
4. Bagaimana
pendapat para ahli tentang tujuan ilmu itu sendiri?
D.
TUJUAN
Makalah
ini dimaksudkan agar pembaca dapat memahami karakteristik aktivitas yang
dimiliki oleh ilmu beserta lingkungan yang melingkupinya dan pencapaian yang
diharapkan.
E.
MANFAAT
Makalah
ini diharapkan mampu memperluas
pemahaman pembaca tentang hakikat ilmu.
Selain itu, mampu mendefinisikan karakteristik ilmu juga menjadi sasaran
pembahasan materi di makalah ini, sehingga bagi mahasiswa dapat membantu kemampuan
untuk mengaplikasikan ilmu dalam kegiatan perkuliahan.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
ESENSI
ILMU
Kata ilmu
dalam bahasa Arab "ilm"yang berarti memahami, mengerti, atau
mengetahui. Ilmu adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Ilmu merupakan aktivitas
manusia, yaitu suatu kegiatan melakukan sesuatu yang dilaksanakan orang atau
lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang membentuk suatu proses.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan,
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode
yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah
lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja), atau ilmu psikologi
hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke
dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh
ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi,
atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Berbeda darisekadar
‘pengetahuan’, ilmu merupakan pengetahuan khusus
tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan
ilmiah sesuatu dapat
disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh
paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
Di bawah ini
diuraikan sifat ilmiah milik ilmu.
- Objektif. Ilmu harus memiliki objek
kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya,
tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada,
atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji
objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan
objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan
subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
- Metodis
adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada
cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari
bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis
berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode
ilmiah.
- Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba
mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang
berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian
sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
- Universal. Kebenaran yang hendak dicapai
adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat
ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an
(universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu
pula.
II.
ILMUWAN
DAN MASYARAKAT ILMIAH
Ilmuwan adalah seseorang yang melakasanakan
rangkaian aktivitas yang disebut ilmu. Ilmuwan terkadang disebut juga sebagai
scientist. Di Eropa khususnya di Inggris, orang mencari sebutan khusus bagi
mereka yang mengembangkan natural science untuk dibedakandari kelompok
cendekiawan lainnya. Menurut William Whewell dalam The Quarterly Reviewtahun
1834 mengusulkan bahwa kaum terpelajar hendaknya diberi sebutan sama dengan
seniman/artist.
Dalam buku Philosphy of Inductive Sciencesterbitan
tahun 1840 karya William Whewell tersirat “We need very much a name to describe
a cultivator of science in general. I should incline to call him a Scientist.
”(Kita sangat membutuhkan suatu nama untuk melukiskan seorang pengembang ilmu
pada umumnya. Saya harus condong menyebutnya seorang Ilmuwan).
Warren Hagstrom merumuskan, scientist adalah “a man
of scientific knowledge – one who adds to
what is known in the sciences by writing articles or books” (seseorang yang
berpengetahuan ilmiah – seorang yang dikenal dengan karangan atau bukunya). Di
sisi lain Kata ‘ilmuwan’ diperkenalkan ke dalam bahasa Inggris sekitar tahin
1840 untuk membedakan mereka yang
mencari keajegan dalam alam dengan para filsuf, kaum terpelajar dan cendikiawan
dalam suatu makna yang lebih umum (Ross 1962).
Menurut Maurice Richter, Jr. “Those
who participate in science in relativelydirect and creative ways may be called scientists. All
scientist, insofar as they communicate openly among themselves about their
respective scientific activities, may be recognized as participants in the scientific community). (Mereka yang ikut
serta dalam ilmu dalam cara-cara yang secara relative langsung dan kreatifdapat
disebut ilmuwan. Semua ilmuwan, sejauh mereka melakukan komunikasi terbuka di
antara mereka mengenai aktivitas-aktivitas ilmiah mereka masing-masing, dapat
diakui sebagai peserta dalam masyarakat ilmiah).
III.
ILMU
SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN
Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu kegiatan
manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Berdasarkan
hakikat ilmu yang telah dipaparkan sebelumnya, kegiatan yang dinyatakan sebagai
ilmu tidak bersifat tunggal, melainkan lebih dan saling menjalin dan membentuk
proses. Sebagai pembeda rangkaian aktivitas yang disebut ilmu dengan
serangkaian aktivitas biasa dapat dilihat dari sifat yang menyertai tindakan
tersebut. Serangkaian aktivitas dapat dikatakan sebagai ilmu ketika diterapkan
dengan prinsip dasar rasional, kognitif dan teleologis.
Rasionalitas dari serangkaian aktivitas menyatakan
bahwa setiap tindakan akan disertai
penalaran logis. Dengan demikian, setiap aktivitas mendapatkan telaah sesuai
kaidah-kaidah yang dianggap masuk akal pada umumnya. Konsep ini dibenarkan oleh
definisi rasional itu sendiri. Dalam bahasa inggris,rational mempunyai definisi
yaitu dapat diterima oleh akal
dan pikiran
dapat ditalar sesuai dengan kemampuanotak.
Hal-hal yang rasional adalah suatu hal yang di dalam prosesnya dapat dimengerti
sesuai dengan kenyataan dan realitas
yang ada.Biasanya kata rasional ditujukan untuk suatu hal atau kegiatan
yang masuk di akal dan diterima dengan baik oleh masyarakat.
Rasional juga berarti norma
- norma
yang sudah baku di dalam masyarakat
dan telah menjadi suatu hal yang biasa
dan permanen.
Manjadi serangkaian aktifitas yang bersifat kognitif
mengkonfirmasi bahwa ilmu dipraktikkan dengan kesadaran dan pengetahuan. Meminjam
teori dari Jean Peaget, Psikolog Swiss, tentang konsep kecerdasan yang dalam
hal ini berinterpretasi pada sifat kognitif, ilmu yang bersifat kognitif dapat
dijabarkan sebagai aktivitas yang melakukan operasi logis dalam representasi
konsep yang berdasar pada kenyataan. Kognitif yang bertalian dengan
pengetahuan, pemahaman, dan tanggung jawab memperjelas kompleksitas rangkaian
aktivitas ini sehingga dapat dikatakan ilmu.
Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala
sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu.Teleologi merupakan
sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan,
tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai
dalam suatu proses perkembangan.
IV.
TUJUAN
ILMU MENURUT PARA AHLI
Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi
filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam
sejarah.Maka, berdasarkan konsep di atas, jelaslah bahwa dengan kata teologi
pada serangkaian aktivitas tersebut menggagaskan bahwa ilmu merupakan
serangkaian aktivitas manusiawi yang memiliki tujuan tertentu. Tujuan apakah
itu, akan tergantung dari setiap aplikan ilmu.
Corak teleologis dalam ilmu, mengarah pada tujuan
tertentu karena para ilmuan dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai
tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani suatu tujuan tertentu yang
diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas
manusiawi yang bertujuan, dan tujuan tersebut sesuai dengan masing-masing
praktisi disiplin ilmu. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh masing-masing ilmuan.
Dalam hal ini terjadilah kejamakan dan keanekaragaman
tujuan karena masing-masing ilmuwan merumuskan suatu tujuan yang berbeda satu
sama lain. Pendapat-pendapat yang berlainan dari berbagai ilmuwan atau filsuf
tetnang ilmu tersebut dapat dikutipkan di bawah ini.
a.
Pernyataan
Robert Ackermann
“Kadang-kadang
dikatakan bahwa tujuan ilmu ialah mengendalikan alam, dan kadang-kadang ialah
untuk memahami alam.
b.
Pernyataan
Francois Bacon
“Tujuan
sah dan senyatanya dari ilmu-ilmu adalah sumbangan terhadap hidup manusia
dengan ciptaan-ciptaan baru dan kekayaan.
c.
Pernyataan
Jacob Bronowski
“Tujuan
ilmun ialah menemukan apa yang benar mengenai dunia ini.Aktivitas ilmu
diarahkan untuk mencari kebenaran, dan ini dinilai dengan ukuran apakah benar
terhadap fakta-fakta.”
d.
Pernyataan
Mario Bunge
“Pertama-tama,
meningkatkan pengetahuan kita (tujuan intrinsik dan kognitif); kelanjutannya,
meningkatkan kesejahteraan dan kekuasaan kita (tujuan ekstrinsik atau
kemanfaatan).
e.
Pernyataan
Enrico Cantore
“Tujuannya
ialah menemukan struktur yang terpahami dari realitas yang dapat diamati atau
alam.”
f.
Pernyataan
Albert Einstein
“Tujuan
ilmu di satu pihak ialah pemahaman selengkap
mungkin mengenai pertalian di antara pengalaman inderawi dalam keseluruhannya,
dan di pihak lain ialah pencapaian tujuan ini dengan pemakaian sejumlah minimum pengertian-pengertian dasar
dan hubungan-hubungan.
g.
Pernyataan
William Goode & Paul Hatt
“Dinyatakan
secara singkat, tujuan tunggal ilmu ialah memahami dunia yang di dalamnya
manusia hidup.”
h.
Pernyataan
Alvin Gouldner
“Tujuan
terkecil sesuatu usaha ilmiah ialah memperluas pengetahuan mengenai suatu
bagian dari dunia ini.
i.
Pernyataan
Carl Hempel & Paul Oppenheim
“Menjelaskan
gejala-gejala dalam dunia pengalaman, menjawab pertanyaan ‘mengapa?’, daripada
semata-mata pertanyaan ‘apa?’ merupakan salah satu dari tujuan-tujuan utama
semua penyelidikan rasional; dan khususnya, penelitian ilmiah dalam aneka
cabangnya berusaha melampaui sekadar hanya suatu pelukisan mengenai pokok
soalnya dengan menyajikan suatu penjelasan mengenai gejala-gejala yang
diselidikinya.”
j.
Pernyataan
Alfred Hershey
“Tujuan
langgeng dari usaha ilmiah, seperrti halnya semua usaha manusiawi, saya
bayangkan, ialah mencapai suatu pandangan yang dapat dipahami tentang alam
semesta.”
k.
Pernyataan
Robert Hodes
“Tujuan
(besar) penghabisan ilmu ialah menemukan ketertiban dalam alam.Semua metode ilmu
pada dasarnya adalah usaha untuk menemukan ketertiban demikian itu.”
l.
Pernyataan
Erich Kahler
“Setiap
orang akan menyetujui bahwa tujuan dan aktivitas ilmu terdiri atas perolehan
pengetahuan yang senantiasa lebih luas dan lebih dalam mengenai sifat dasar
dari kenyataan.”
m.
Pernyataan
Edwin Kemble
“Tujuan
(besar) penghabisan dari usaha ilmiah ialah, tentu saja, penggabungan dari
keterangan eksperimental yang diujui secara cermat dengan suatu teori bersifat
menafsirkan yang menjelaskan fakta-fakta.
n.
Pernyataan
Fred Kerlinger
“Tujuan
dasar ilmu ialah teori. Barangkali secara kurang tersembunyi, tujuan dasar ilmu
ialah menjelaskan gejala-gejala alamiah. Penjelasan demikian itu disebut teori.”
o.
Pernyataan
Sheldon Lachman
“
Dua tujuan ilmu ialah :
1.
Menyajikan
(penjelasan-penjelasan) yang luas dan mendalam mengenai gejala-gejala yang
terjadi dalam alam semesta, dan
2.
Menyajikan
‘penjelasan-penjelasan’ bagi gejala-gejalaini dengan menunjukkan
hubungan-hubungan yang ada di antara mereka.
p.
Pernyataan
Michael Martin
“Tujuan
utama ilmu ialah mencapai pemahaman ilmiah mengenai dunia ini.”
q.
Pernyataan
Robert Merton
Pakar
Sosiologi ini menganggap bahwa tujuan ilmu ialah pencarian yang rasional
terhadap kebenaran (‘the rational pursuit
of truth’).
r.
Pendapat
Ernest Negel
“Tujuan
khusus ilmu dengan demikian ialah penemuan dan perumusan dalam istilah-istilah
umum keadaan yang menentukan terjadinya berbagai macam peristiwa,
pernyataan-pernyataan yang dirumuskan secara umum mengenai keadaan yang
menentukan demikian itu berguna sebagai penjelasan-penjelasan bagi
peristiwa-peristiwa yang bersangkutan.
s.
Pernyataan
David Newton
Sarjana
ini merumuskan secara singkat dan spesifik tujuan ilmu adalah memerikan
(mendeskripsikan) dunia ilmiah (‘to
describe the natural world’).
t.
Pernyataan
Arthur Pap
“Ilmu
bertujuan pada penemuan kaidah-kaidah (dengan pengamatan, percobaan, dan
deduksi) dan pemakaian kaidah-kaidah untuk maksud peramalan dan penjelasan
mengenai fakta-fakta yang diamati atau dapat diamati.”
u.
Pernyataan
Karl Popper
“Kami
menyarankan bahwa tujuan ilmu ialah mencari penjelasan-penjelasan
yang memuaskan mengenai apa saja yang menggugah kita sebagai yang
memerlukan penjelasan.”
v.
Pernyataan
Willard Poppy & Leland Wilson
“Tujuan
ilmu tidak berubah sejak permulaan revolusi keilmuan pada abad ketujuh belas.Ilmu masih bersangkutan dengan dunia gagasan- ilmu
mencari suatu penafsiran rasional tentang gejala-gejala alamiah.”
w.
Pernyataan
I.I. Rabi
“Tujuan
ilmu ialah membuat alam semesta, termasuk manusia sendiri, dapat dimengerti
oleh umat manusia.”
x.
Pernyataan
Maurice Richter, Jr.
“Tujuan
ilmu sebagaimana umum diakui dewasa ini meliputi perolehan pengetahuan
digeneralisasi yang sistematis mengenai dunia alamiah; pengetahuan yang
membantu manusia memahami alam, meramalkan peristiwa-peristiwa alamiah, dan
mengendalikan kekuatan-kekuatan alamiah.”
y.
Pernyataan
Edwin Seligman
“Tujuan
ilmu ialah analisis dan pemahaman.”
z.
Pernyataan
Charles Singer
Sejarahwan
ilmu ini menegaskan bahwa tujuan besar ilmu ialah membuat dunia ini dapat
dipahami, atau sekurang-kurangnya dapat diperikan (dideskripsikan).
aa.
Pernyataan
S.S. Stevens
Menurut
ahli Psikologi ini tujuan ilmu ialah menciptakan pemerian-pemerian
(penjelasan-penjelasan) yang dapat dilaksanakan mengenai alam semesta (to invent workable descriptions of the
universe).
bb. Pernyataan Julius Stratton
“Kini
tujuan sejati dari ilmu murni ialah mengetahui dan memahami.”
cc.
Pernyataan
F. Sherwood Taylor
Sejarahwan
ilmu ini menyatakan bahwa ilmu mempunyai dua tujuan utama, yaitu memungkinkan
manusia berbuat, dan mengetahui ( to enable man to do, and to know).
dd. Pernyataan Ladislav Tondl
“Terkadang
dikatakan tentang ilmu bahwa tujuannya ialah membuat ramalan-ramalan atau
membuat penjelasan-penjelasan mengenai fenomena sebagai suatu latar belakang
yang mungkin bagi ramalan.
Selanjutnya
kita harus menganggap sebagai suatu unsure khas dalam penjelasan ilmiah
penemuan keteraturan-keteraturan demikian itu, hipotesis-hipotesis atau
kaidah-kaidah sebagaimana memungkinkan kita membuat ramalan atau menghasilkan
tindakan-tindakan atau kewaspadaan-kewaspadaan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan.Dalam arti ini kita dapat juga memahami perumusan
yang dipendekkan bahwa tujuan ilmu ialah peramalan
atau pembuatan.”
ee.
Pernyataan
Victor Weisskopf
“Tujuan
utama ilmu bukanlah dalam penerapan, tujuannya ialah mencapai
pemahaman-pemahaman terhadap sebab-sebab dan kaidah-kaidah mengenai
proses-proses alamiah.”
ff.
Pernyataan
A. Wolf
“Tujuan
utama ilmu ialah penemuan mengenai sifat dasar dan kaidah-kaidah dari
benda-benda dan peristiwa-peristiwa sehingga kita dapat memahami dan
menjelaskan mereka.”
Berbagai
pendapat dari ilmuwan dan filsuf yang beraneka ragam mengenai tujuan ilmu
tersebut di atas dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
Ackerman : mengendalikan dan memahami alam
Bacon : simbangan ciptaan dan kekayaan
baru
Bronowski : mencari kebenaran
Bunge : meningkatkan pengetahuan,
kesejahteraan, dan kekuasaan
Cantore : menemukan struktur kenyataan/alam
Einstein : memahami pengalaman inderawi
Goode
& Hatt : memahami dunia
Gouldner : memperluas pengetahuan mengenai dunia
Hempel
&
Oppenheim : menjelaskan gejala pengalaman
Hershey : memahami alam semesta
Hodes : menemukan ketertiban alam
Kahler : memperoleh pengetahuan mengenai
kenyataan
Kemble : menciptakan teori yang menjelaskan
fakta
Kerlinger : menjelaskan gejala alamiah dengan
teori
Lachman : menyajikan pemerian(pendefinisian)
& penjelasan mengenai gejala alamiah
Martin : mencapai pemahaman ilmiah
mengenai dunia
Merton : mencari kebenaran
Nagel : merumuskan pernyataan yang
menjelaskan peristiwa
Newton : memerikan dunia ilmiah
Pap : menemukan kaidah yang
meramalkan dan menjelaskan fakta
Popper : mencari penjelasan mengenai
segalanya
Poppy&Wilson:
mencari penafsiran mengenai gejala alamiah
Rabi : memahami alam semesta
Richter : memperoleh pengetahuan yang
memahami, meramalkan, dan mengendalikan alam
Seligman : menganalisis dan memahami
Singer : memahami atau memerikan dunia
Stevens : memerikan alam semesta
Stratton : mengetahui dan memahami
Taylor : memungkinkan manusia berbuat dan
mengetahui
Tondl : meramalkan atau menjelaskan
gejala
Weisskopf : memahami sebab dan kaidah proses
alamiah
Wolf : memahami dan menjelaskan sifat
dasar dan kaidah benda dan peristiwa.
V.
IKHTISAR
TUJUAN ILMU
Dari uraian
pendapat para ahli di atas, ternyata ilmu memiliki tujuan. Definisi atas tujuan
ilmu tersebut begitu beragam, namun mengarah secara teratur dan terperinci pada
aspek-aspek dan urutan berikut :
-pengetahuan
(knowledge)
-kebenaran
(truth)
-pemahaman
(understanding, comprehension, insight)
-penjelasan
(explanation)
-peramalan
(prediction)
-pengendalian
(control)
-penerapan
(application, invention, production)
Kesemuanya itu
pada dasarnya akan mengarah kepada kemudahan hidup bagi manusia serta berjalannya
urusan manusia di muka bumi dalam koridor kebenaran.
BAB
III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Ilmu
adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia
dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu,
yaitu adanya sifat yang melekat pada ilmu itu berupa objektif, metodis,
sistematis dan universal.
Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu kegiatan
manusiawi. Kegiatan yang dinyatakan sebagai ilmu tidak bersifat tunggal,
melainkan lebih dan saling menjalin dan membentuk proses. Sebagai pembeda
rangkaian aktivitas yang disebut ilmu dengan serangkaian aktivitas biasa dapat
dilihat dari sifat yang menyertai tindakan tersebut. Serangkaian aktivitas
dapat dikatakan sebagai ilmu ketika diterapkan dengan prinsip dasar rasional,
kognitif dan teleologis.Pada karakter yang terakhir, teleologis, yang berarti
tujuan, menggagaskan bahwa rangkaian aktivitas itu memiliki tujuan. Dalam hal
ini terjadi kejamakan dan keanekaragaman tujuan karena masing-masing ilmuwan
merumuskan suatu tujuan yang berbeda satu sama lain.Pada intinya, tujuan
tersebut mengarah secara teratur dan terperinci pada aspek-aspek dan urutan
berikut:pengetahuan (knowledge), kebenaran (truth), pemahaman (understanding,
comprehension, insight), penjelasan (explanation), peramalan (prediction), pengendalian
(control), dan penerapan (application, invention, production)
Kesemuanya itu pada dasarnya akan mengarah kepada
kemudahan hidup bagi manusia serta berjalannya urusan manusia di muka bumi
dalam koridor kebenaran.
II. SARAN
Berpikir luas
dan terbuka terhadap perkembangan ilmu demi pengaplikasian yang sesuai dengan
koridor nilai dan norma yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
A B Henk ten Napel.2009. Kamus Teologi. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. Drs. R.
Bagus, Lorenz.2000. Kamus Filsafat. Jakarta:
Gramedia.
Liang, Gie The.2000. Pengantar Filsafat Ilmu. Jogjakarta:
Liberti.
Russ Bush.1994. A Handbook for Christian Philosophy.
USA: Zondervan Publishing House.
Soedarmo.2010. Kamus Istilah Teologi. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar