Stratifikasi Sosial: Determinan & Konsekuensi
Stratifikasi
sosial dan kelas sosial adalah dua hal yang berbeda. Stratifikasi sosial adalah
pembagian sekelompok orang ke dalam tingkatan atau strata yang berjenjang
secara vertikal. Stratifikasi sosial lebih diartikan sebagai ikhwal posisi yang
tidak sederajat antar orang atau kelompok dalam masyarakat, sehingga sering
dikaitkan dengan persoalan kesenjangan sosial atau polarisasi sosial. Sementara
itu, kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam
sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial cenderung diatrtikan sebagai kelompok
yang anggota-anggotanya memiliki orientasi politik, nilai budaya, sikap, dan
perilaku sosial yang secara umum sama.
Dalam masyarakat modern, perbedaan strata yang
terbentuk tidak lagi atas dasar hal-hal yang kodrati. Akan tetapi, stratifikasi menjadi lebih
kompleksidak lagi bersifat given. Seperti yang dikatakan Jeffris dan Ranford
(1980), dalam masyarakat pada dasarnya di bedakan menjadi 3 stratifikasi sosial
yaitu:
1. Hierarki
Kelas, yang didasarkan pada penguasaan atas barang dan jasa
2. Hierarki
kekuasaan, yang didasarkan pada kekuasaan
3. Hierarki
status, yang didasarkan atas pembagian kelompok dan status sosial.
Selain ketiga
dimensi stratifikasi diatas ada hal yang perlu diceramati adalah kemungkinan
terjadinya akumulasi dari sejumlah dimensi itu. Seperti yang
dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (1964), bahwa masyarakat
yang posisinya tinggi akan cenderung mengakumulasikan posisi dalam dimensi yang
berlainan.
Kemiskinan yang
terjadi karena struktur yang tidak adil inilah yang disebut dengan kemiskinan
struktural. Menurut Selo Soemardjan (1980), yang dimaksud dengan kemiskinan
struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat,
karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut mrnggunakan
sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan
struktural biasanya terjadi di dalam suatu masyarakat di mana terdapat
perbedaan yang tajam antara mereka yang hidup kekurangan dengan yang hidup
dalam kemewahan.
Perbedaan tingkat
pendidikan, kekayaan status atau perbedaan kelas sosial tidak Cuma mempengaruhi
perbedaan dalam hal gaya hidup dan tindakan tetapi --seperti yang ditulis
Horton dan Hunt (1987)— juga menimbulkan sejumlah perbedaan dalam berbagai
aspek kehidupan manusia, seperti peluang hidup dan kesehatan, peluang kerja dan
berusaha, respons terhadap perubahan, pola sosialisasi dalam keluarga, dan
perilaku politik.
1. Gaya Hidup, gaya hidup yang ditampilkan
antara kelas sosial satu dengan yang lain tidak sama, bahkan ada yang mencoba
mengembangkan gaya hidup yang eksklusif.
2. Peluang Hidup dan Kesehatan, menurut
studi Robert Chambers (1987) menemukan bahwa keluarga yang miskin, tidak
berpendidikan, dan rentan, mereka umumnya lemah jasmani dan mudah terserang
penyakit
3. Respons
Terhadap Perubahan, setiap kali ada perubahan tentunya membutuhkan proses
untuk adaptasi, dan bahkan respons yang tepat dari warga masyarakat yang tengah
berubah itu.
4. Peluang Kerja dan Berusaha, peluang
bekerja danberusaha antara kelas sosial yang rendah dengan yang diatasnya jauh
berbeda. Dengan koneksi, kekuasaan, tingkat pendidikan yang tinggi dan kekayaan
kelas sosial yang diatas lebih mudah membuka usaha atau mencari pekerjaan.
5. Perilaku Politik, berdasarkan studi
yang dilakukan oleh Erbe (1964), Hansen (1975), Kim Petrocik, dan Enokson
(1975) menyimpulkan bahwa semakin tinggi kelas sosial semakin cenderung sang
individu mendaftarkan diri sebagai pemilih, memberikan suara, tertarik pada
politik, membahas soal-soal politik, menjadi organisasi yang memiliki arti
penting secara politik dan berusaha mempengaruhi pandangan politik orang lain
(Zanten, 1979:263-267)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar