Hambatan komunikasi:
· perbedaan persepsi dan kepentingan è bahasa,
tk
pendidikan
· ada persaingan nilai
· kepentingan itu diikuti oleh mekanisme pasar
· kekerasan kata-kata ex. agar akrab dengan
menggunakan
kata-kata berbagai macam binatang
untuk
memanggil seseorang è mestinya tidak
dugunakan/diterpkan
di semua situasi jadi hanya pada
kalangan
tertentu
· perbedaan budaya
1.
Bentuk-bentuk komunikasi:
a.
Komunikasi Persona
?
Komunikasi Intrapersona: proses komunikasi yang
berlangsung
dalam diri seseorang
Contoh:
Seseorang sedang duduk menyendiri
merenungi
nasibnya, secara fisik ia diam saja seperti
tidak
melakukan komunikasi, tetapi di dalam dirinya
berlangsung
proses komunikasi dengan dirinya sendiri.
?
Komunikasi Antarpersona: proses komunikasi yang
berlangsung
antara individu satu dengan individu lain.
Contoh:
Seseorang bertemu dengan teman lama
kemudian
saling bertukar cerita, berbagi
b.
Komunikasi Kelompok: proses komunikasi yang berlangsung
pada
suatu kelompok manusia.
?
Komunikasi Kelompok Kecil: proses komunikasi yang
berlangsung
dan dimungkinkan terjadi dialogis
Contoh:
ceramah, diskusi panel, simposium, forum,
seminar,
kuliah
?
Komunikasi Kelompok Besar: proses komunikasi yang
berlangsung
dan tidak dimungkinkan terjadi dialogis
Contoh:
kampanye, rapat raksasa, demonstrasi
mahasiswa
c.
Komunikasi Massa: jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim
melalui
media cetak atau elektronik sehingga pesan yang
sama
dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Contoh:
pers (surat kabar, tabloid, dll.), radio, televisi,
Film
2.
Jika diminta untuk menyelesaikan persoalan dengan dua orang
warga
masyarakat, model komunikasi yang sebaiknya saya
pilih
dengan pendekatan komunikasi antarpersona, karena
komunikasi
antar persona adalah bukan sekadar komunikasi
yang
terjalin antara dua orang tanpa media (face to face)
saja
juga mampu memcerminkan bahwa manusia yang
berkomunikasi
mampu mengekspresikan kehangatan,
keharmonisan,
keterbukaan, dukungan terhadap pihak yang
sedang
diajak berkomunikasi. Dengan model komunikasi ini
maka
komunikasi dapat dilakukan secara dari hati ke hati. Dua
warga
masyarakat yang sedang konflik (memiliki persoalan)
dapat
kita pertemukan sehingga terjadi interaksi dalam
bentuk
antar pribadi.
Dengan
pendekatan ini maka warga yang terlibat dalam
komunikasi
dapat mengemukakan pendapat, apa yang yang ada
dalam
pikiran mereka, apa yang sedang terjadi diantara
mereka
berdua, apa yang sedang mereka segketakan,
permasalahan
apa yang menyebabkan timbul suatu persoalan.
Dengan
mengeluarkan pendapat, argumen dan semua apa yang
mereka
rasakan, kita sebagai mediator dapat lebih mudah
dalam
memberikan perimbangan-pertimbangan dalam
penyelesaian
persoalan (dalam hal ini sebagai mediator kita
tidak
dapat memberikan pendapat pribadi yang dapat
menambah
persoalan baru, kita tidak boleh memaksakan
pendapat
kita, kita hanya sebagai perantara dalam
menyelesaikan
persoalan tersebut).
Hal
ini dapat dilakukan karena dalam komunikasi antar pribadi
masing-masing
individu memiliki:
?
Empati, proses kemampuan menangkap hal-hal yang
terdapat
di dalam komunikasi dengan orang lain dengan
cara
menganalisis pembicaraan, nada suara sehingga seseorang dapat menangkap pikiran
dan perasaan yang
sesuai
dengan orang yang bersangkutan.
?
Deskripsi, kemampuan untuk membuat pernyataan yang
konkrit,
spesifik, deskriptif.
?
Kemampuan merasakan dan memahami pernyataan yang
dibuat
dan mempertanggungjawabkannya sehingga tidak
hanya
menyalahkan orang lain terhadap perasaan yang
dialami
?
Sikap kedekatan, keinginan untuk membicarakan perasaanperasaan
pribadi
?
Tingkah laku yang fleksibel ketika menghadapi kejadian
yang
baru dialami
Dengan
komunikasi antarpribadi ini maka persoalan yang
terjadi
antara dua warga masyarakat dapat diperbaiki dan
dibina
kembali sehingga dapat terjlin hubungan yang harmonis.
3.
Informasi terjadinya gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 di
DIY-Jateng,
terdengar diseluruh penjuru dunia. Menurut
saya
medai yang paling cepat untuk menginformasikan suatu
pesan
dalam keadaan darurat adalah radio, karena radio
memiliki
daya langsung (proses penyusunan dan penyampaian
pesan
relatif cepat), daya tembus (menembus jarak dan
ketinggian,
semakin tinggi maka semakin dapat menjangkau
khalayak
yang lebih luas) dan daya tarik (adanya unsur-unsur
yang
serba hidup yaitu musik, kata-kata dan efek suara.
Pada
saat terjadi gempa, jaringan listrik dan telekomunikasi
terputus.
Kita tidak tahu sumber gempa dari mana yang
kemudian
disusul adanya isu tsunami yang menimbulkan
kepanikan
masyarakat. Media yang pertama kali dicari
masyarakat
adalah radio karena praktis, tidak memerlukan aliran listrik. Dengan
menggunakan baterey radio dapat
difungsikan
sehingga kita segera dapat mengetahui bahwa
sumber
gempa dari arah pantai selatan dengan skala 5,9
SRdan
tsunami yang membuat kepanikan masyarakat hanyalah
isu.
Setelah
mengetahui bahwa begitu parahnya kerusakan yang
terjadi
akibat gempa maka radiolah yang selama ini menjadi
pusat
informasi dan dialog masyarakat Jogja dan Jateng
pasca
gempa di tengah terputusnya jaringan listrik dan
telekomunikasi
di beberapa wilayah di Jogja-Jateng. Dari
radio
ini kita dapat memantau perkembangan informasi
seputar
gempa dan dapat memantau daerah mana saja yang
memerlukan
bantuan dan jenis bantuan yang dibutuhkan.
Stasiun
radio Sonora misalnya, bisa dijadikan sebagai
alternatif
pusat informasi sehingga komunikasi lebih efektif
fan
terpusat.
Dari
stasiun radio Sonora ini masyarakat daerah Bantul
misalnya
berusaha mencari bantuan dengan telfon melalui
wartel
terdekat (di luar daerah yang tidak begitu parah
akibat
gempa sehingga jaringan telekomunikasi jalan misalnya
daerah
Gamping, dll.) ke staiun Radio Sonoro menyampaikan
kebutuhan
merke misalnya tenda, obat-obatan, dan lain-lain.
4.
Pasca gempa bumi di DIY-Jateng, banyak pihak yang
membantu
program rekonstruksi merasa mengalami kesulitan
dalam
berkomunikasi dengan masyarakat yang menjadi korban
gempa
tersebut karena beberapa faktor yang disebabkan
oleh
unsur-unsur yang ada di dalam proses komunikasi.
1.
Hambatan dari Proses Komunikasi
· Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan
yang
akan
disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi
oleh perasaan atau
situasi
emosional sehingga mempengaruhi motivasi,
yaitu
mendorong seseorang untuk bertindak sesuai
dengan
keinginan, kebutuham atau kepentingan. Banyak
pihak
yang bermaksud untuk membantu program
rekonstruksi.
Namun, tidak semua pihak tersebut
tanpa
maksud dan tujuan tertentu. Ada kepentingan
yang
berbeda-beda dalam keterlibatan banyak pihak di
dalam
proses ini. Banyak ‘bendera’ yang dikibarkan
dalam
membantu proses ini, ada yang berasal dari
partai,
lembaga non profit/LSM baik dari dalam
maupun
luar negeri, golongan agama dan lain-lin.
Misalnya:
keterlibatan dalam proses rekontsruksi
karena
ingin mendapat dukungan dalam proses
pemilihan
kepala daerah.
· Hambatan dalam penyandian/simbol
Hal
ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan
tidak
jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu,
simbol
yang dipergunakan antara si pengirim dan
penerima
tidak sama atau bahasa yang dipergunakan
terlalu
sulit.
· Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi
dalam
penggunaan
media komunikasi, misalnya gangguan suara
radio
dan aliran listrik sehingga tidak dapat
mendengarkan
pesan. Pada situasi pasca gempa
tersebut
jaringan listrik dan telekomunikasi terputus
sehingga
untuk menyampaikan dan menyalurkan pesan
baik
dari para korban kepada pemerintah/tim
rekonstruksi
maupun sebaliknya.
· Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi
dalam
menafsirkan sandi oleh si penerima
· Hambatan dari penerima pesan, misalnya
kurangnya
perhatian
pada saat menerima / mendengarkan pesan,
sikap
prasangka tanggapan yang keliru dan tidak
mencari
informasi lebih lanjut.
· Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan
yang
diberikan
tidak menggambarkan apa adanya akan
tetapi
memberikan interpretatif, tidak tepat waktu
atau
tidak jelas dan sebagainya.
2.
Hambatan Fisik
Hambatan
fisik dapat mengganggu komunikasi yang
efektif,
cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain,
misalnya:
a) gangguan kesehatan karena banyak
masyarakat
menjadi korban baik luka berat maupun ringan
akibat
tertimpa reruntuhan serta kondisi mereka yang
masih
berada di tenda-tenda darurat sehingga keadaan
fisik
mereka tidak terjamin, b) sehubungan dengan
teputusnya
jaringan listrik dan telekomunikasi pasca
gempa
di beberapa wilayah di DIY-Jateng menyebabkan
komunikasi
terganggu
3.
Hambatan Semantik.
Kata-kata
yang dipergunakan dalam komunikasi kadangkadang
mempunyai
arti mendua yang berbeda, tidak jelas
atau
berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima,
dengan
kata lain bahasa yang digunakan berbeda.
4.
Hambatan Psikologis
Hambatan
psikologis dan sosial kadang-kadang
mengganggu
komunikasi. Dalam musibah ini komunikan
masih
trauma dengan musibah yang menimpa mereka.
Bencana
yang yang telah mengambil keluarga dan harta
benda
mereka menimbulkan dampa traumatik yang sangat
tinggi
sehingga pada saat diajak untuk berkomunikasi
menjadi
‘tidak nyambung’ bahkan ketidakmampuan mereka
dalam
menghadapi bencana ini menimbulkan stress yang
berkepanjangan.
Faktor psikis komunikan ini yang
membuat
proses rekonstruksi menjadi sulit.
Selain
itu faktor Prasangka: merupakan penilaian yang
sejak
awal sudah tertanam dalam diri komunikan terhadap
komunikator.
Biasanya prasangka ini terlalu besar dan
negatif,
sehingga menjadi hambatan paling berat dalam
komunikasi.
Dalam keadaan membutuhkan akan bantuan
baik
berupa tenda, obat-obatan dan lain sebagainya,
korban
gempa terkadang mempunyai prasangka yang
negatif
terhadap pihak-pihak yang akan membantu karena
adanya
orang-orang yang tidak mereka kenal masuk ke
wilayah
mereka. Sehingga muncul dalam pikiran mereka
untuk
berhati-berhati terlebih dahulu terhadap orangorang
asing/dari
luar daerahnya. Misalnya: pada saat
situasi
pasca gempa ini banyak terjadi tindak pencurian,
perampokan
dan lain-lain yang mersahkan masyarakat.
Banyak
orang yang tidak merkea kenal keluar masuk
daerah
merekea tanpa alasan jelas. Untuk itu masyarakat
menjadi
berhati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar