BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi
(filsafat ilmu pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu(Suriasumantri.2003:33).
Filsafat ilmu ini sangat penting untuk dipelajari karena dengan begitu kita
akan dapat mempelajari ilmu tersebut
secara lebih mendasar. Dalam
filsafat ilmu nantinya akan dikenal beberapa pertanyaan mendasar yang digunakan
untuk mengkaji berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian seseorang akan mampu
mengenali ciri-ciri ilmu yang ia pelajari dan mampu memanfaatkannya secara
maksimal.
Dalam perjalanan mempelajari suatu ilmu, termasuk
filsafat ilmu akan ada masalah-masalah tertentu yang nantinya akan dibahas . Masalah-masalah
yang muncul dalam filsafat ilmu telah dibahas oleh beberapa tokoh, diantaranya;
(1) A. Cornelius Benjamin, (2) Michael Bery, (3) B. Van Fraassen dan H.
Margenau, (4) David Hull, (5) David Victor Lezen, (6) J.J.C. Smart, (7) Joseph
Sneed, (8) Fredric Suppe, (9) D. W Theobald, (10) W. H. Walsh, (11) Walter
Weimer, (12) Philip Wiener.
Dengan demikian pembahasan mengenai problem–problem
dalam filsafat ilmu ini akan membantu
kita dalam memahami problem dalam filsafat ilmu yang akan kita pelajari. Serta
akan menunjukan wawasan tentang problem-problem filsafat ilmu itu sendiri.
1.2
Batasan Masalah
Pada makalah ini masalah dibatasi pada pembahasan
tentang problem-problem filsafat ilmu
menurut beberapa ahli tersebut di bawah.
1.3
Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada subbab sebelumnya, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut A. Cornelius
Benjamin?
2.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut Michael Bery?
3.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut B. Van Fraassen
dan H. Margenau?
4.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut David Hull?
5.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut David Victor Lezen?
6.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut J.J.C.
Smart?
7.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut Joseph Sneed?
8.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut Fredric Suppe?
9.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut D.W Theobald?
10.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut W.H Walsh?
11.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut Walter Weimer?
12.
Bagaimana problem
filsafat ilmu menurut Philip Wiener?
1.4
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.
Menjelaskan problem
filsafat menurut A. Cornelius Benjamin
2.
Menjelaskan problem
filsafat menurut Michael Bery
3.
Menjelaskan problem
filsafat menurut B. Van Fraassen dan H.
Margenau
4.
Menjelaskan problem
filsafat menurut David Hull
5.
Menjelaskan problem
filsafat menurut David Victor Lezen
6.
Menjelaskan problem
filsafat menurut J.J.C. Smart
7.
Menjelaskan problem
filsafat menurut Joseph Sneed
8.
Menjelaskan problem
filsafat menurut Fredric Suppe
9.
Menjelaskan problem filsafat menurut D. W Theobald
10.
Menjelaskan problem
filsafat menurut W. H. Walsh
11.
Menjelaskan problem
filsafat menurut Walter Weimer
12.
Menjelaskan problem
filsafat menurut Philip Wiener
1.5 Manfaat
Manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
Manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
13.
Penulis lebih
memahami problem-problem yang terdapat dalam filsafat ilmu.
14.
Pembaca lebih
memahami problem-problem yang terdapat dalam filsafat ilmu.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Problem Menurut A. Cornelius Benjamin
Benjamin
menggolongkan permasalahn filsafat ilmu menjadi tiga hal, yaitu:
a. The
first includes all problrms related directly or indirectly to a consideration
of the method of science.
(bidang
pertama meliputi semua persoalan yang bertalian secara langsung atau tak
langsung dengan suatu pertimbangan mengenanai metode ilmu.)
Menurut
Benjamin kalau pebedaan antara ilmu-ilmu
rasional (matematika , mekanika rasional ) dengan ilmu-ilmu empiris ( fisika ,
kimia , biologi , psikologi , sosiologi ) adalah betul , maka sekurang-kurangnya terdapat dua metode ilmu . salah satu tugas filsafat
ilmu adalah memeriksa secara kritis dwipembagian itu dan menetapkan makna yang
tepat bagi berlakunya perbedaan tersebut .
b. Problem
in the second area of the philosophy of sciences are somewhat less well defined
than problems of method . in a sense ,
many of these are also problems of methods. But the reference is more
directly to subject – matter than to
procedure , so that they involve what are commonly called metaphysical
considerations in a way in which the former do not . they have to do with the
analysis of the basic concept and presuppositions of the sciences .
( persoalan – persoalan dalam bidang
kedua dari filsafat ilmu agak kurang terumuskan baik daripada problem-probelm
tentang metode . dalam suatu makna ,
banyak darinyamerupakan pula persoalan-persoalan metode . tetapi penunjukannya
secara langsung lebih kepada pokok
soal daripada kepada prosedur sehingga p-ersoalan-persoalan itu menyangkut apa
yang biasanya di sebut pertimbangan-pertimbangan metafisi dalam suatu cara yang
bidang terdahulu tidak menyangkutnya . ini bertalian dengan analisis terhadap
konsep-konsep dasar dan praanggapan-praangaapan dari ilmu-ilmu .)
Benjamin memberikan contoh
konsep-konsep seperti kekuatan materi , bilangan , urutan , kuantitas , waktu ,
infinitas , pengungkit sempurna , geraak
tanpa gesekan , manusia ekonomi dan negara ideal . dalam hal ini problemnya
ialah menunjukan secara cermat apa yang di maksud secara empiris oleh setiap
konsep , apa artinya sebagai suatu konsep yang berlaku dalam ilmu , dan melalui
langkah-langkah operasi apa artinya yang belakangan dapat di turunkan atau
diuji oleh yang terdahulu .
c. The
third area of the philosophy of the sciences consist , as was indicated above ,
of a miscellaneous group of probloems , which are not susceptible of any
systematic classification .they may all be roughly described as concerned with
the implications which science has , either in its contents or in its method ,
for the other aspect of our lives .
( bidang ketiga dari filsafat ilmu
, sebagaimana telah di tunjukkan di atas , terdiri fdari aneka ragam kelompok
persoalan yang tak mudah terpengaruh oleh sesuatu penggolongan sistematis .
kesemua itu dapat secara kasar dilukiskan sebagai bersangkut paut dengan
implikasi-implikasi yang di punyai ilmu dalam isi maupun metodenya bagi
aspek-aspek lain dari kehidupan kita . )
Benjamin memerinci aneka ragam problem
itu dalam tiga bagian : pertama persoalan
yang mengenai hubungan-hubungtan teoritis antara ilmu yang satu dengan yang
lain dan antara ilmu-ilmu dengtan usaha-usaha manusia yang lain untuk memahami
, menilai dan mengendalikan dunia ; kedua
persoalan yang bersangkut paut dengan implikasi-implikasi teoritis dari
kebenaran-kebenaran tertentu dalam ilmu sejauh ini mengubah
pertimbangan-pertimbangan kita dari bidang-bidang lain dari
pengalaman-pengalaman kita ; ketiga
persoalan yang bertalian dengan efek-efek praktis , yakni efek-efek dari
penemuan-penemuan ilmiah terhadap misalnya bentuk pemerintahan , cara hidup
,kesehatan dan rasa senang .
2.2 Problem Menurut Michael
Berry
a. Bagaimanakah
kuantitas dan rumusan dalam teori-teori ilmiah
(misalnya suatu’ciri’ dalam genetika atau momentum dalam mekanika
Newton) bertalian dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia alamiah di uar pikiran
kita?
Menurut kami kuantitas dan rumusan teori ilmiah dapat
berkaitan dengan peristiwa alamiah di luar pikiran kita, sebab filsafat
memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun
dengan tertib, akan kebenarannya. Dan pegetahuan itu awalnya ditemukan di luar
akal dan pikiran kita, lalu dengan seiring berjalannya waktu, rancangan itu dapat
kita buktikan dengan akal pikiran kita sesuai dengan fakta fakta yang ada. Tinggal
kita yang menafsirkan ke dalam hal positif atau negatifnya.
b. Bagaimanakah dapat dikatakan
bahwa teori atau dalil ilmiah adalah
‘benar’ berdasarkan induksi dari sejumlah percobaan yang terbatas?
Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya, itulah tujuan tertinggi dan satu-satunya, bagi manusia,
berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya
dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang
sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam ataupun kebenaran. Kita dapat mengamati juga
dengan akal pikiran kita bahwa analisa atau rancangan teori tersebut masuk akal
atau tidak. Jika dalam teori bisa di terima dengan akal, maka teori tersebut
dapat kita nyatakan benar dengan pengetahuan.
2.3 Problem
menurut B. Van Fraassen dan H. Margenau
Menurut kedua ahli ini problem-problem utama dalam
filsafat ilmu setelah tahun-tahun 60-an ialah:
a. Metodologi
Hal-hal menonjol
yang banyak diperbincangkan ialah mengenai sifat dasar dari penjelasan ilmiah
(scientific explanation), logika penemuan (logic of discovery), teori
probabilitas (probability theory), dan teori pengukuran (theory of measurement).
b. Landasan
ilmu-ilmu
Ilmu-ilmu
empiris hendaknya melakukan penelitian-penelitian mengenai landasannya dan
mencapai sukses seperti halnya landasan matematik
c. Ontologi
Persoalan utama yang
diperbincangkan ialah menyangkut konsep-konsep substansi, proses, waktu, ruang,
kausalitas, berhubungan budi dan materi, serta status dari etitas-etitas
teoritis.
Menurut filsuf ini tiga hal mendasar yang menjadi
problem utama dalam filsafat ilmu adalah
metodologi, landasan ilmu, dan ontologi.
Metodologi sendiri akan menjelaskan tentang berbagai teori yang difungsikan
untuk memberi arahan pada proses penelitian. Untuk landasan ilmu sendiri lebih
mendasarkan pada pentingnya pengujian landasan
ilmu yang akan dipakai sebagai acuan dalam berbagai penelitian. Untuk bagian
ontology, beliau mementingkan membahas
mengenai konsep, substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, budi dan
materi, serta status dari etitas teoritis.
2.4 Problem
menurut David Hull
Filsuf
biologi ini mengemukakan persoalan yang berikut:
“The
overriding question that pervades these latter volumes (The Foundations of
Philosophy Series) is whether the traditional divisions of the empirical
sciences into separate disciplines like geology, astronomy, and sociology
reflect only differences in subject matter or result from basic differences in
methodology. In short, is there a single philosophy of science, that is equally
applicable to all areas of natural science, or are there several philosophies
of science, each appropriate in its own domain?”
(Persoalan menyampingkan yang meliputi jilid-jilid
belakangan ini (seri Foundation of Philosophy) ialah apakah pembagian
tradisional dari ilmu-ilmu empiris dalam cabang-cabang pengetahuan yang
terpisah seperti geologi, astronomi, dan sosiologi mencerminkan semata-mata
perbedaan dalam pokok soal ataukah hasil dari yang berlaku merata pada
semua perbedaan pokok dalam metodologi.
Secara singkat, adakah suatu filsafat ilmu tunggal yang berlaku merata pada
semua bidang ilmu kealaman, atau adakah beberapa filsafat ilmu yang
masing-masing cocok dalam ruang lingkupnya sendiri?.
2.5
Problem Menurut
Victor Lenzen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a.
Struktur ilmu, yaitu
metode dan bentuk pengetahuan ilmiah.
b.
Pentingnya ilmu bagi
praktek dan pengetahuan tentang realitas.
Menurut Victor Lezen dua problem
yang penting dibahas dalam filsafat ilmu adalah struktur ilmu dan kegunaan ilmu
dalam praktek dan pengetahuan. Mengetahui struktur suatu ilmu akan mempermudah
kita dalam memahaminya, selain itu jika kita mengetahui strukturnya kita akan
tahu kemana arah perkembangan ilmu ini. Selanjutnya adalah ilmu dalam praktek
dan pengetahuan. Dalam melaksanakan praktek segala sesuatunya harus didasarkan
pada ilmu, tanpa ilmu hal yang kita praktekan kemungkinan tidak akan berhasil
karena tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
2.6 Dari
J. J. C. Smart
Filsuf
ini mengumpamakan kalau seorang awam bukan filsuf membuka-buka beberapa nomor
dari majalah Amerika Serikat berjudul Philosophy of Science dan majalah Inggris
The British Journal of the Philosophy of Science, maka akan dijumpainya dua
jenis persoalan:
a.
Pertanyaan-pertanyaan
tentang ilmu, misalnya pola-pola perbincangan ilmiah, langkah-langkah pengujian
teori ilmiah, sifat dasar dari dalil dan teori, dan cara-cara merumuskan konsep
ilmiah.
b.
Perbincangan filsafati
yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil penyelidikan ilmiah akan
menolong para filsuf menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang manusia dan alam
semesta.
Menurut J. J. C. Smart perbincangan dalam problem
filsafat ilmu ditekankan pada dua. Hal pertama yaitu pertanyaan tentang ilmu
yang kemudian akan membantu dalam merumuskan konsep-konsep ilmiah. Dengan
merumuskan sebuah konsep ilmiah mak suatu teori yang menjadi salah satu dasar
suatu ilmu akan teruji kebenaranya. Hal kedua adalah perbincanagn filsafati
yang mempergunakan ilmu akan membantu para filsuf menjawab pertanyaan tentang
semesta dan manusia. Mengapa demikian? Menurut kami perbincangan filsfati yang
dimaksudkan disini adalah suatu penyelidikan atau penelitian, sehingga hasil
dari perbincanag yang dilakukan tersebut berupa sebuah hasil penyelidikan yang
teruji untuk dapat menjawab mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang semesta dan
manusia.
2.7
Problem Menurut
Joseph Sneed
Menurut
pendapat filsuf ini, pembedaan dalam jenis problem-problem filsafat ilmu khusus
(misalnya, variable tersembunyi, determinisme dalam mekanika quantum) dan jenis
problem-problem filsafat ilmu seumumnya(misalnya cirri-ciri teori ilmiah) yang
telah umum diterima adalah menyesatkan. Hal itu dinyatakan demikian:
“ I suggest that this ‘duality’ an ong problems in the
philosophy of science is misleading. I maintain that philosophical problem
about the nature of science-in-general are not, in any fundamental way,
different from philosophical problems related only to particular sciences. In
particular, there is no special sense in which the philosophy of particular
sciences is not”
Saya
menyarankan bahwa dualitas diantara problem-problem filsafat ilmu ini adalah `menyesatkan.
Saya berpendapat bahwa problem-problem filsafat tentang sifat dasar ilmu
seumumnya tidaklah, dalam suatu cara yang mendasar, berbeda dengan problem-problem filsafati yang
bertalian semata-mata dengan ilmu-ilmu khusus. Secara khusus, tidaklah ada
makna khusus bahwa filsafat ilmu seumumnya merupakan suatu usaha normatif,
sedang filsafat ilmu-ilmu khusus tidak).
2.8
Problem Menurut
Frederick Suppe
Menurut
filsuf ini, problem yang paling pokok atau penting dalam filsafat ilmu ialah
sifat dasar atau struktur teori ilmiah ( the nature or structure of scientific
theories). Alasannya ialah karena teori merupakan roda dari pengetahuan ilmiah
dan terlibat dalam hampir semua segi usaha ilmiah. Tanpa teori, tidak akan ada
problem-problem mengenai entitas teoritis, istilah teoritis, pembuktian
kebenaran, dan kepentingan kognitif. Tanpa teori yang perlu diuji atau
diterapkan, rancangan percobaan tidak ada artinya. Oleh karena itu, hanyalah
agak sedikit melebih-lebihkan bilamana dinyatakan bahwa filsafat ilmu adalah
suatu analisis mengenai teori dan peranannya dalam usaha ilmiah.
Dijelaskan
bahwa Frederick Suppe sangat mementingkan struktur teori ilmiah. Menurut beliau
teori ilmiah adalah sebuah dasar dari ilmu, tanpa adanya teori tidak diperlukan
lagi percobaan untuk membuktikan kebenaran suatu teori. Jadi pada dasarnya
teori merupakan hal dasar dalam sebuah ilmu pengetahuan.
2.9 Problem Menurut
D. W. Theobald
Menurut filsuf ini , dalam filsafat ilmu
terdapat dua kategori problem,
yaitu :
a. Problem-problem
metodologis yang menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan hubungan-hubungan
diantara mereka ( the structure of scientific statemens and the relations
between them) . misalnya analisis probabilitas , peranan kesederhanaan dalam
ilmu , realitas dari entitasteoretis ,
dalil ilmiah , sifat dasar penjelasan ,dan hubungan antara penjelasan dan
peramalan .
b. Problem-problem
tentang ilmu yang menyelidiki artidan implikasi dari konsep-konsep yang di
pakai para ilmuwan .misalnya kausalitas , waktu , ruang dan alam semesta .
2.10 Problem Menurut W.
H. Walsh
Filsuf
sejarah ini menyatakan bahwa filsafat ilmu mencakup sekelompok problem yang
timbul dari metode dan praanggapan dari ilmu serta sifat dasar dan persyaratan
dari pengetahuan ilmiah .
2.11 Problem
Menurut Walter Weimer
Ahli ini mengemukakan empat problem
yang berikut :
a. The
quest for a theory of rational inference ( pencarian terhadap suatu teori
penyimpulan rasional ) ini berkisar pada penyimpulan induktif , sifat dasarnya
dan pembenaranya .
b. The
theory and criteria of scientific growth or progress ( teori dan ukuran bagi pertumbuhan atau
kemajuan ilmiah ) . ini berkisar pada pertumbuhan pengetahuan ilmiah ,
pencirian dan penjelasannya .misalnya dalam melihat bahwa teori einstein lebih
unggul daripada teori sebelumnya, apakah ukuranya ?
c. The
quest for a theory of pragmatic action ( pencarian dalam suatu teori tindakan
pragmatis ) dalm menentukan suatu teori dalam suatu teori-teori yang salah ,
bagaimanakah cara untuk mengetahui secara pasti teori yang terkecil kesalahnya?
d. The
problem of intellectual honesty ( problem mengenai kejujuran intellectual ) ini menyangkut usaha
mencocokkan perilaku senyatanya dari para ilmuwan dengan teori yang mereka anut
setia
2.12 Problem Menurut Philip
Wiener
Menurut Philip Wiener
para filsuf ilmu dewasa ini membahas problem-problem yang menyangkut:
a. Struktur
logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu.
b. Saling
hubungan di antara ilmu-ilmu.
c. Hubungan
ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahap-tahap lainnya dari peradaban, yaitu
kesusilaan, politik, seni, dan agama.
Dapat
dikatakan bahwa secara umum Philip Weiner memfokuskan pembahasan
problem-problem filsafat ilmu pada struktur ilmu itu sendiri dan juga pada
keterkaitan ilmu yang satu dengan yang lainnya. Dengan mengetahui struktur ilmu yang
dipelajari, hal ini akan sangat membantu seseorang dalam mempelajari ilmunya. Selain
itu jika kita mengetahui hubungan suatu ilmu dengan ilmu lainnya, akan dapat
dibuat perpaduan yang serasi antara kedua ilmu yang memiliki keterkaitan
hubungan tersebut. Hal ini mungkin akan berguna untuk menciptakan suatu
disiplin ilmu baru.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang bisa didapat dari pembahasan problem-problem dalam filsafat
ilmu adalah sebagai berikut.
1.
Problem
Menurut A. Cornelius Benjamin
Benjamin
merinci aneka ragam problem filsafat ilmu dalam tiga bagian: pertama persoalan
yang mengenai hubungan-hubungtan teoritis antarilmu
dan antara ilmu dengan usaha manusia yang lain untuk memahami
, menilai dan mengendalikan dunia ; kedua
persoalan yang bersangkut paut dengan implikasi-implikasi teoritis dari
kebenaran-kebenaran tertentu dalam ilmu sejauh ini mengubah
pertimbangan-pertimbangan kita dari bidang-bidang lain dari
pengalaman-pengalaman kita ; ketiga
persoalan yang bertalian dengan efek-efek praktis.
2.
Problem
Menurut Michael Bery
a.
Bagaimanakah
kuantitas dan rumusan dalam teori-teori ilmiah
(misalnya suatu’ciri’ dalam genetika atau momentum dalam mekanika
Newton) bertalian dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia alamiah di uar pikiran
kita?
b.
Bagaimanakah dapat
dikatakan bahwa teori atau dalil ilmiah adalah ‘benar’ berdasarkan induksi dari
sejumlah percobaan yang terbatas?
3.
Problem
Menurut B. Van Fraassen dan H. Margenau
Menurut para filsuf ini tiga hal mendasar yang menjadi
problem utama dalam filsafat ilmu adalah metodologi, landasan ilmu, dan
ontologi.
4.
Problem
Menurut David Hull
Menurut David Hull problem dalam filsafat ilmu secara singkat
adalah, adakah suatu filsafat ilmu tunggal yang berlaku merata pada semua
bidang ilmu kealaman, atau adakah beberapa filsafat ilmu yang masing-masing
cocok dalam ruang lingkupnya sendiri?
5.
Problem
Menurut David Victor Lezen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a. Struktur
ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah.
b. Pentingnya
ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.
6.
Problem
Menurut J.J.C.
Smart
Menurut J.J.C Smart problem dalam filsafat ilmu
ditekankan dalam dua hal, yaitu pertanyaan tentang ilmu dan perbincangan
filsafat yang menggunakan ilmu.
7.
Problem
Menurut Joseph Sneed
Menurut Joseph Sneed, pembedaan dalam jenis proble dalam
filsafat ilmu khusus dan jenis problem dalam filsafat ilmu seumumnya yang telah
umum diterima adalah menyesatkan.
8.
Problem
Menurut Fredric Suppe
Menurut Fredric Suppe, problem yang paling pokok dalam
filsafat ilmu adalah sifat dasar atau struktur teori ilmiah.
9.
Problem
Menurut D. W Theobald
Menurut filsuf ini , dalam filsafat ilmu terdapat
dua kategori problem,
yaitu :
a. Problem-problem
metodologis yang menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan hubungan-hubungan
diantara mereka.
b. Problem-problem
tentang ilmu yang menyelidiki artidan implikasi dari konsep-konsep yang di
pakai para ilmuwan.
10.
Problem
Menurut W. H. Walsh
Filsuf sejarah
ini menyatakan bahwa filsafat ilmu mencakup sekelompok problem yang timbul dari
metode dan praanggapan dari ilmu serta sifat dasar dan persyaratan dari
pengetahuan ilmiah .
11.
Problem
Menurut Walter Weimer
Ahli
ini mengemukakan empat problem yang berikut :
a. The
quest for a theory of rational inference
b. The theory and criteria of scientific growth
or progress
c. The
quest for a theory of pragmatic action
d. The
problem of intellectual honesty
12.
Problem
Menurut Philip Wiener
Menurut Philip Wiener para filsuf
ilmu dewasa ini membahas problem-problem yang menyangkut:
a. Struktur
logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu.
b. Saling
hubungan di antara ilmu-ilmu.
c. Hubungan
ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahap-tahap lainnya dari peradaban, yaitu
kesusilaan, politik, seni, dan agama.
3.2 Saran
Kami menyarankan pada pembaca untuk
lebih teliti dalam membaca materi mengenai problem-problem filsafat ilmu.
Dikarenakan materi ini merupakan salah satu materi yang akan dibahas lebih
lanjut dalam filsafat ilmu. Selain itu, disarankan kepada para pembaca untuk
mencari sebanyak mungkin referensi yang mendukung materi ini agar dapat
memahami materi ini lebih baik.
Bang referensinya dong!!
BalasHapus